Sebelum kita membahas menentukan tujuan dalam pelatihan kita
perlu membahasa dulu Model pelatihan yang dikembangkan Nedler (1982:12), yang
dikenal dengan The Critical Events model (CEM).
Dalam setiap langkah dari model pelatihan yang
dikembangkan Nadler selalu di evalausi untuk memberikan umpan balik atau saran. Perputaran ini
bertujuan untuk melihat keunggulan dan kelemahan dari pelatihan yang telah
dilaksanakan, apakah masih perlu diadakan perbaikan atau memang sudah sesuai
dengan tujuan yang diinginkan oleh organisasi.
A.
Menentukan tujuan
Keberhasilan pelatihan pada umumnya dapat
diketahui dalam tujuan
pelatihan itu sendiri. Tujuan pelatihan
pada dasarnya adalah suatu pernyataan tentang apa hasil yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan suatu pelatihan (Leonard Nadler).Pada akhir tulisan ini, perancang
akan dapat: Untuk mengidentifikasi elemen-elemen yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan tujuan program
B. Pengembangkan Tujuan Program
Untuk
mengembangkan tujuan program desainer dimulai dengan kebutuhan yang
diidentifikasi dalam event sebelumnya. Langkah pertama adalah untuk mengatur
kebutuhan ini ke dalam daftar prioritas. Ada banyak cara untuk melihatnya seperti kategorisasi dan perancang
harus tahu kebutuhan individu dan organisasi untuk menetapkan kategori
prioritas.
Tidak Semua
kebutuhan bisa di dimasukan dalam pelatihan dan
Tidak semua kebutuhan dapat menjadi
prioritas penting, hal ini termasuk dari program pelatihan
yang belum tuntas sebelumnya. Bahwa
perancang harus tahu arah pergerakan organisasi untuk menjaga pendidikan dan
pelatihan yang relevan.
Perancang juga
harus sadar kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat menyebabkan pergeseran
kebutuhan yang diprioritaskan.
• Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan daftar kebutuhan yang
diprioritaskan:
1. Waktu
2. Sumber
daya yang tersedia
3. Ketersediaan personil
4. Peserta
5. Faktor-faktor di
luar organisasi seperti consumen, pesaing dan pemerintah
Sebelum
melangkah ke tahap selanjutnya Perancang memeriksa kembali, mungkin menemukan
bahwa beberapa kebutuhan yang dapat dikombinasikan. Dalam hal ini harus
dilakukan hati-hati, sehingga tidak untuk melemahkan daftar prioritas. Dimana
kebutuhan sangat mirip atau tumpang tindih dalam proses pengelompokan dapat
membantu dalam membuat keputusan program.
C. Proses
Desainer tidak
boleh menentukan tujuan dengan pengetahuan yang kosong / minim, dalam menulis
tujuan harus hati2 karna selalu ada kemungkinan membuat pernyataan yang tidak
relavan karna menentukan dan menulis tujuan adalah proses dimana pernyataan
yang ditulis akan menjadi patokan hasil. Yang kedua, pengawas adalah orang yang
secara langsung berkaitan dengan perubahan kinerja terbaik yang dihasilkan dari
belajar. Yang ketiga adalah manejer. Mereka prihatin atau peduli dengan kinerja
pengawas di wilayah bawahan mereka. jika tujuan adalah untuk tujuan mengubah
kinerja, beberapa manajer punya keinginan untuk
terlibat dalam hal ini, melibatkan manajer adalah penting untuk
memastikan bahwa tujuan yang sejalan dengan perencanaan manajer.
KETERAMPILAN, PENGETAHUAN DAN SIKAP
Ada berbagai
cara untuk mulai mengkonversi kebutuhan ke tujuan. Umumnya diterima pola adalah
untuk mengeksplorasi keterampilan, pengetahuan dan sikap/prilaku, biasanya di
singkat (SKA).
Total Wadah mewakili potensi
yang lahir setiap individu, Berpotensi mengalir dua
jenis pembelajaran, Salah satunya adalah pengalaman yang datang dalam menjalani
kehidupan dan beradaptasi untuk lingkungan kita, dalam hal ini kita belajar
tidak di mulai dengan kebutuhan dan tujuan, tetapi perlu terus menerus belajar
untuk mempertahankan hidup, Yang kedua
belajar dengan tujuan secara disengaja dengan Pelatihan, pendidikan.
Dalam setiap individu, dua jenis pembelajaran terus bercampuran dan saling
melengkapi.
Hasilnya adalah kemungkinan
perubahan semacam kinerja. Banyak faktor yang mempengaruhi kemungkinan itu.
Faktor utama adalah kepribadian individu melalui kekuatan internal yang
membatasi apa yang akan membiarkan dirinya lakukan yang berbeda atau Kekuatan
eksternal adalah budaya yang mendorong ataupun menghambat beberapa jenis
kinerja.
1. Keterampilan
• Belajar
keterampilan yang membutuhkan latihan, mustahil untuk belajar keterampilan dengan
mendengarkan seseorang berbicara tentang itu dengan melihat demonstrasi atau
dengan membaca buku.
• Bahwa keterampilan
merupakan kegiatan yang
memerlukan praktik sehingga
harus sering dilatih.
2. Pengetahuan
• Pengetahuan
itu penting dalam program untuk itu dalam belajar perlu melibatkan beberapa
jenis pengetahuan
• Peserta
Perlu tahu untuk apa tujuan melakukan hal tersebut sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan secara rasional
3. Sikap
• Bahwa
belajar harus mendahului perubahan sikap, untuk membawa perubahan kinerja.
• Bahwa Sikap
dapat mengubah kinerja dan kemudian orang akan belajar untuk
merasionalisasi sikap-sikap mereka untuk menyesuaikan diri dengan kinerja baru.
• Menimbulkan
kemauan kerjasama dengan rekan-rekan kerja dan dengan manajemen (pimpinan).
MENGEMBANGKAN TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mediation
(Mediasi)
Tujuan sebenarnya harus mencerminkan realitas situasi
belajar tertentu. Dalam menyusun materi
pelatihan hendaknya juga
mempertimbangkan kesesuaian media yang ada.
Menulis tujuan belajar
• Dalam
menulis tujuan belajar hendaknya menemukan kalimat yang tepat sehingga
pembelajaran akan bermakna dan bermanfaat.
• Tujuan
belajar harus menunjukkan kinerja
pelajar pada akhir pengalaman belajar.
Pada dasarnya tujuan
pelatihan dapat dibedakan dalam tiga kategori pokok, yang meliputi:
• Cognitive Domain, tujuan pelatihan yang berkaitan
dengan meningkatkan pengetahuan peserta.
• Affective Domain, tujuan pelatihan yang berkaitan
dengan sikap dan tingkah laku dan,
• Psychomotor, tujuan pelatihan yang berkaitan dengan
pengembangan ketrampilan/skill peserta.
Tiga komponen harus muncul secara obyektif:
1. kinerja
• Kinerja
dinyatakan dalam hal apa pelajar akan
mampu melakukannya pada akhir pengalaman belajar.
• Mendeskripsikan
apa yang diharapkan akan bisa dikerjakan oleh peserta untuk memperlihatkan
beragam prilaku yang akan diterima sbg bukti bahwa sasaran pengajaran sudah
dicapai
2. kondisi
• Mendeskripsikan
kendala2 yg digunakan untuk mengamati prilaku yang diharapkan akan bisa
dilakukan
• kondisi
belajar mencerminkan pemahaman tentang pekerjaan, itu akan membatasi kerugian
dengan melalui transfer belajar ketika pelajar mengambil kinerja baru saat
kembali ketempat kerja.
• Perancang
melakukan pemeriksaan dengan penyelia guna mengetahui kondisi sebenarnya di mana
pekerjaan dilakukan sehingga kondisi belajar mewakili kondisi kinerja
sebenarnya
3. kriteria
• Mendeskripsikan
seberapa akurat peserta harus mampu melaksanakan suatu perbuatan agar dapat
diterima; standar, kualitas memperlihatkan taraf penguasaan yang memuaskan
• Kriteria
adalah bagian dari kuantitas dan kualitas. Oleh karena itu tujuan tertulis
harus mengandung unsur-unsur kedua.
Evaluasi dan Feedback
• Untuk
mengidentifikasi unsur-unsur yang harus diperhatikan atau dipertimbangkan dalam
menentukan tujuan program dan untuk pengalaman belajar individu.
• Pertama,
Tujuan yang berkaitan dengan prioritas dalam pembelajaran dan faktor serupa
yang Designer akan dieksplorasi. Kedua menghasilkan tujuan yang ditulis.
Analisis
• Analisis
untuk menentukan tempat, tujuan tertulis harus bersama setidaknya supervisor,
serta manajer dan pelajar jika mungkin.
• Designer
harus menyajikan tujuan pembelajaran untuk di analisis dengan menyediakan
pernyataan tertulis.
Keputusan
Hasil dari Evaluasi dan Umpan balik (E & FB) keputusan dapat dilakukan
setelah menjawab pertanyaan sbb :
1. Apakah tujuan program dapat diterima?
2. Apakah tujuan pembelajaran dapat
diterima?
3.
Semua kebutuhan telah tercermin dalam tujuan?
4. Apakah prioritas tujuan diterima belajar?
5. Apakah tujuan
berhubungan dengan "Menentukan
kinerja kerja?”
6.Tujuan terbaik
akan dapat dipenuhi secara internal
maupun eksternal?
Jika semua pertanyaan di terima maka akan dilanjutkan dengan
merancang kurikulum
Refrensi
- Leonard Nadler. 1982. Designing Training Programs the critical event model. California: Addison-Wesley Publishing Company.- Kirkpatrik D. & Kirkpatrick J. 2009. Kirkpatrick Partnership Business Model. San Francisco: Berrett-Koehler Publishers.
No comments:
Post a Comment