Friday, March 29, 2013

Nasab Nabi


Kelahiran nabi, kita mulai dari nasab nabi SAW. Rasulullah SAW sebagai manusia terbaik, sebagi nabi dan rasul terbaik itu semuanya apa yang beliau lakukan, apa yang beliau miliki memiliki arti yang dalam bagi kita hari ini. Itulah kenapa nabi menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik). Termasuk masalah nasab. Kalau masalah nasab bisa jadi kita berkata bahwa masalah lahir keturunan siapa bukanlah pilihan kita. Tapi ada sisi yang secara nasab bisa menjadi pelajaran besar bagi kita.
  1. Nasab nabi sampai seseorang bernama ‘Adnan. Para ulama sejarah sepakat nama-nama yang dicantumkan tidak ada perbedaan pendapat.
  2. Dari ‘Adnan sampai Ibrahim. Para ulama sejarah berbeda pendapat sampai ada puluhan pendapat tentang nama-nama yang ada di situ.
  3. Dari Ibrahim sampai ke Adam, sumbernya adalah literature ahli kitab. Kisah-kisah yang detil abnayk yang diselewengkan. Tapi kemudian beberapa nama yang ada, para ahli sejarah Islam akan tawakuf (mereka tidak memiliki pendapat/ abstain)
Disini akan dibahas nasab nabi sampai ‘Adnan. Muhammad – Abdullah – Abdul Muntholib (Syaibah) – hasyim (Amr) – Abdul Manaf – Mughiroh, terus sampai Sihr. Yang disebut Quraisy itu Sihr, jadi Quraisy itu sebenarnya nama orang. Bukan nama sebenarnya tapi gelar untuk seseorang yang bernama Sihr itu. Dalam sejarah Arab, Sihr dikenal dengan gelar Quraisy, semua anak keturunan yang menyambung sampai ke Sihr disebut nasab Quraisy.
Nanti Quraisy menjadi nama sebuah suku di Arab. Kemudian Quraisy akan turun terpecah-pecah menjadi buyutBuyut itu jamak dari bait artinya rumah-rumah. Nanti ada keluarga-keluarga besar. Rasul itu Bani Hasyim, ada bani Abdiddar, bani Abdi Manaf. Kalau Abu Bakar – Bani Taib, Umar – Bani Adi, Usman – Al Umawi, Ali – Bani Hasyim. Begitu seterusnya sampai ke Adnan.
Apa hikmah dibalik kita belajar nasab rasulullah SAW?
  1. Nasab Rasulullah SAW tercatat lengkap dalam sejarah 15 abad lalu. Padahal jaman dahulu jangankan catat mencatat, bahkan buta huruf adalah hal yang lazim. Tapi nasab rasul tercatat lengkap dalam sejarah. Ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian kita terhadap nasab. Kalau anak – anak kecil di Arab ditanya siapa namanya, maka dia akan menyebutkan beberapa nama. Misalnya namanya, Muhammad Ahmad Ibrahim Al Hardi. Itu bukan satu nama, melainkan 3 nama, 3 orang. Muhammad – namanya, Ahmad – nama bapaknya, Ibrahim – nama kakeknya, dan Al Hardi adalah nama keluarga besarnya, sukunya. Di situ baru bisa dilacak.
Kita punya banyak masalah tentang nasab. Yang pertama, namanya kepanjangan. Terlalu kreatif tentang nama, satu orang bisa 5 suku kata. Jadi kalau dalam islam punya konsep nama. Harus memiliki arti baik, kemudian fungsi nama ini agar jelas nasab dari siapa. Di Indonesia masih ada suku yang menyebutkan ujung nasabnya, marganya. Tapi banyak yang tidak jelas. Itu pentingnya nasab, karena akan berhubungan dengan siapa dia, dengan kebesaran apa yang akan dia lakukan.
Islam menjaga nasab, sampai menjaga betul apapun yang bisa merusak nasab akan diharamkan. Maka, satu dari 5 hal pokok yang dijaga di dalam islam salah satunya adalah masalah kehormatan. Oleh sebab itu orang yang berzina akan merusak nasab. Inilah pentingnya perhatian terhadap nasab, tidak tahu bagaimana caranya merubah pengetahuan masyarakat yang hanya tahu nasab sampai kakek saja. Akhirnya orang Indonesia bisa mengklaim apa saja karena nasabnya tidak jelas. Misalnya, Saba’ yang ada dalam Alqur’an, surat Saba’ ternyata ada di Indonesia. Hasil penelitiannya adalah Wonosobo, itu penelitian Ilmiahnya. Atau Sleman, Jawa Tengah itu berasal dari Sulaiman.
2. Rasulullah SAW sendiri yang menyebut bahwa beliau adalah nasab terbaik. Diriwayatkan dalam hadist oleh Imam Muslim diantaranya ketika Rasul menyebut bahwa Allah itu menciptakan makhluk dan makhluk itu diciptakan menjadi dua kelompok besar setelah itu diciptakan berbangsa-bangsa, berkabilah-kabilah, setelah itu diciptakan keluarga-keluarga besar, kata nabi, “Aku ini hadir dari keluarga terbaik, dari suku terbaik, dan dari bangsa terbaik.” Rasul dari keluarga bani hasyim, suku Quraisy, dan bangsa Arab.
Ini bukan sekedar bicara masalah kesukuan atau fanatisme etnis tapi ini adalah bagian dari ketetapan Allah SWT bahwa masing-masing punya kualitas yang berbeda-beda. Bukan berarti kemudian masyarakat selain Quraisy tidak punya kualitas. Ketika Rasulullah mengatakan bahwa dirinya adalah nasab yang terbaik, inilah pentingnya nasab mulia bagi kebesaran seseorang.
Contoh, Turki ketika misalnya ingin menjadi pemimpin Islam di muka bumi, Turki jelas sejarahnya. Masyarakat Turki punya nasab bapak-bapak mereka ketika turki usmani pernah menguasai bumi 6 abad lamanya, dan itu yang dibawa islam. Diantara kebesarannya adalah Muhammad al Fatih yang berhasil mendapat tropi juara dari Rasulullah SAW karena menaklukkan benteng konstantinopel. Jadi mereka jelas, ada penyemangat memang mereka punya nasab ketika akan dihadirkan kembali kebesaran itu. Maka seharusnya Indonesia kembali ke pangkuan Islam kemudian bertanya, apa sejarah besar yang pernah dilakukan Indonesia terhadap dunia Islam saat itu. Sekarang kita tidak tahu nasab kebesaran Islam di Indonesia itu apa.
Ketika kita bicara tentang Walisongo yang muncul klenik, padahal walisongo bukan klenik. Kita belajar sejarah tidak ada sanadnya, hanya dari mulut ke mulut akhirnya yang muncul kleniknya. Padahal dalam sejarahnya mereka adalah da’i yang sangat berhati-hati dalam masalah syariat. Contoh, bagaimana kehati-hatian sunan membuat wayang versi jawa. Wayang kulit tadinya seperti wayang kulit versi sunda. Kenapa oleh para wali dirubah menjadi wayang kulit seperti itu yang modelnya tidak proporsional. Salah satu alasannya adalah karena para wali tahu dan mereka sangat khawatir bahwa patung dalam islam sangat dilarang. Untuk itulah kemudian mereka membuatkan bentuk wayang itu bukan patung, dan dicari makhluk yang modelnya seperti wayang tidak ada di muka bumi.
Harusnya diukur betul nasab negeri ini, apa peran nasab bapak-bapak di negeri ini yang pernah punya peran internasional di dunia islam. Ada beberapa kota yang disebut nabi dalam hadist misalnya Yaman. Tapi Negara kita tidak pernah disebutkan.
Kalau nasabnya nasab mulia maka yang lahir juga generasi mulia, itu pentingnya mengetahui nasab kita. Atau dalam skala besar sangat penting bagi dia untuk mendorong kebesaran nasabnya.
3. Ini diriwayat dalam sejarah, salah satunya Ibnu Sa’ad menyebutkan bahwa, “Saya ini nasab nikah, bukan sifah.” Sifah itu zina, semua nasab nabi ke atas tidak ada nasab zina. Nikahnya adalah sesuai dengan aturan islam yang sekarang. Pernikahan model syariat islam bukan hanya model agama terakhir ini. Diriwayatkan oleh Aisyah, dulu di jahiliyah Mekah pernikahan ada beberapa jenis, diantaranya adalah nikah yang benar, yang lainnya salah, seperti nikah yang ada dalam syariat islam. Ada wali, saksi, mahar, akad.
Rasul mengatakan, “Tidak ada satupun nasab saya hasil zina.” Ini pelajaran luar biasa bahwa zina itu merusak nasab mulia, makanya harus dijaga. Kalau nasab keatas sudah tidak bisa dirubah, tapi nasab ke bawah kita harus dijaga betul nasab kemuliaannya. Dan inilah kenapa Rasulullah mengatakan lahirlah manusia mulia, Rasulullah SAW karena tidak ada nasab yang zina.
Dengan dosa zina yang saat ini amat menyedihkan maka nasab kedepannya akan rusak, kemudian kedepannya akan lahir masyarakat yang akan susah diharapkan. Benar memang dalam islam tidak ada konsep dosa turunan, tetap konsepnya setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Tapi dosa itu ada efeknya, dan efek itu turunnya bisa kemana-mana.
Rasul pernah menyampaikan bahwa kita diminta untuk megoreksi, kalau harta kita, keluarga kita itu kok mulai menyusahkan kita maka kata nabi coba dicek tentang dosa yang kita lakukan. Artinya, dosa yang kita lakukan efeknya bisa ke keluarga, anak, atau harta kita.
Jadi zina merusak nasab mulia. Saat baiat para wanita, ketika nabi membacakan akhir surat Al Mumtahanah. Ada beberapa aitem baiat untuk wanita, “kalian wanita jangan berzina.” Ketika nabi menyampaikan ayat ini, nabi diprotes oleh Hindun, istri Abu Sofyan. Kata Hindun, “Ya Rasulullah, kalau budak Kau bacakan ini cocoklah. Masa’ kita orang merdeka berzina juga, kan tidak mungkin.” Artinya bahwa menurut Hindun (seorang jahiliyah yang akhirnya masuk islam) zina adalah pekerjaan yang sangat rendah, kelas budak, orang-orang mulia terjaga dari zina. Kalau hasil survey di Indonesia 4500 siswa SMP/SMA di 12 kota besar 63,7% mereka sudah tidak perawan ini berarti masyarakat budak menurut Hindun. Jadi Subhanallah, kalau zina tidak perlu ayat karena ini pekerjaan rusak. Kalau berbuat musyrik kadang orang masih merasa bahwa itu perbuatan benar tapi kalau zina perbuatan yang secara manusiawi menolak.
Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan bahwa para khalifah itu dari Quraisy. Ini juga bukan bicara masalah kesukuan, ini bicara kulitas orang. Kalau bicara Quraisy itu nasab, nasab nabi SAW. Rasulullah pernah bersabda, “Manusia itu ikut saja ke Quraisy.” Yang baik atau yang jahat ikutnya ke Quraisy. Memang bagaimana kualitas Quraisy? Kualitas kebaikan dan kualitas kerusakan itu luar biasa.
Ketika kita mengetahui nasab, kita juga mengetahui potensi kualitas. Rasul juga mengatakan, “Manusia itu seperti barang tambang, emas dan perak.” Kualitas bawaan kita tidak sama. Ada orang yang kualitas bahannya emas, ada yang perak. Ini bukan berarti perak di bawah emas. Tapi maksudnya ini punya segmentasi yang berbeda. Jadi kalau ingin jadi orang besar mengkilaplah di dunia Anda, perak yang berkualitas, atau emas yang berkualitas.
Rasul juga menyampaikan dalam hadist yang lain, “perumpamaan manusia adalah seperti 100 onta, kamu susah untuk menjumpai 1 dari 100 onta itu untuk menjadi kendaraan yang layak, untuk membawa beban, menemani perjalanan.” Ternyata modal besarnya adalah nasab.
  1. Nabi SAW dilindungi dalam dakwahnya ni dapat karena nasab. Ini pula yang dapat dilihat dalam Q.S Hud 11: 80/ 91. Itu adalah kisah tentang nabi Syuaib, beliau berhadapan dengan masyarakatnya dalam dakwahnya. Masyarakatnya mengatakan, “kalau bukan karena keluarga besarmu wahai Syuaib, kami akan melemparmu dengan batu.” Artinya, ternyata keluarga nabi itu dihadirkan dari keluarga mulia. Salah satu fungsinya masyarakat segan mau melakukan intimidasi.
Rasulullah pun demikian. Abu Thalib tidak pernah masuk islam, tapi Abu Thalib selalu di garda depan untuk mengadapi rintangan yang menghadang Rasulullah SAW. Oleh sebab itu ketika Abu Thalib meninggal tahun 10 kenabian, tidak lama nabi pindah ke Madinah karena di Mekah sudah tidak ada pelindung secara manusiawi meskipun rasul tidak butuh pelindung manusia. Abu Thalib adalah satu-satunya keluarga nabi yang masih disegani Quraisy, begitu Abu Thalib meninggal masyarakat Quraisy semakin berani melakukan intimidasi terhadap rasul, bahkan secara fisik.
Jadi Rasulullah SAW dilindungi karena nasab, dalam hal ini adalah peran keluarga besar. Perlu dipelajari juga bagaimana nabi SAW untuk mengamankan dakwahnya keluarga harus dijadikan keluarga yang islami. Susah berdakwah kalau keluarga tidak islami karena akan muncul kalimat negative dalam masyarakat.

Daftar pustaka
http://abduldotcom.wordpress.com


No comments: